Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah propinsi paling Selatan di Indonesia. Diapit oleh Laut Flores di bagian Utara dan Samudera Hindia di sebelah Selatan, NTT mencakup 500 pulau dan terdiri dari 20 kota.
Salah satunya adalah Labuan Bajo. Sebuah kota nelayan kecil pada pesisir Barat Flores. Dengan wilayah seluas 2.397km2 dan berpenduduk sekitar 256.000 orang, Labuan Bajo seringkali disebut-sebut di banyak majalah wisata terkemuka karena merupakan pintu gerbang menuju Pulau Komodo. Sebuah kawasan yang masuk dalam cagar budaya dunia.
Tak kurang dari 165.000 wisatawan domestik maupun manca negara berdatangan setiap tahunnya demi menikmati semburat senja ditingkahi semilir angin pantai sepoi-sepoi.

Bila kita dengarkan seksama, sejatinya deru ombak yang menghempas batu karang di pantai Binongko bukan melulu mengundang kita menyinggahi keindahannya.
Ada kisah lain yang hendak disampaikan.
Kisah dari balik bangunan yang berada tepat di belakang pantai Binongko.
Kisah yang bersemi di Panti Asuhan Santo Damian, Binongko, Labuan Bajo.
Kisah mengenai anak-anak yatim piatu dan mereka yang berkebutuhan khusus.

Didirikan tahun 1996 oleh Maria Gisela Borowka, seorang biarawati asal Jerman, Panti Asuhan Santo Damian awalnya diperuntukkan bagi mereka yang terkena penyakit lepra dan dikucilkan oleh teman serta sanak saudara karena khawatir tertular.
Seiring berjalannya waktu, Suster Gisela Borowka menyediakan juga tempatnya untuk anak-anak yatim piatu, anak-anak terlantar dan mereka yang berkebutuhan khusus.
Hingga hari ini ada 60 jiwa yang berdiam di Panti Asuhan Santo Damian, Binongko, Labuan Bajo.

Meskipun demikian, jangan pernah membayangkan gurat-gurat kesedihan di wajah mereka. Mereka adalah jiwa-jiwa yang leluasa mereguk kasih sayang. Mereka tersenyum lebar, tertawa gembira, bermain dan bercanda bersama. Saling mendukung satu sama lain, saling mengobarkan semangat satu sama lain.
Memberi motivasi untuk dapat menulis menggunakan kakinya kepada anak-anak yang terlahir tanpa kedua tangan dan merentangkan bahunya lebar-lebar kepada anak-anak yang lebih kecil yang ingin merasakan hangatnya tidur dalam buaian seorang Ibu yang tak pernah mereka kenal sejak hadir di dunia.
Ya. Kata menyerah sama sekali tidak mewujud dalam kamus kehidupan mereka.

InDonation, wadah darmabakti hasil perjalanan perenungan 5 orang Indonesia di Vancouver, British Columbia, Canada, bermaksud menjadikan Panti Asuhan Santo Damian, Binongko, Labuan Bajo, sebagai salah satu penerima donasi di tahun 2019 ini.

Memiliki tujuan utama untuk turut serta dalam memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, maka Robert Prasetya, Dr. Thomas Sulaiman, Heryadi Kurnia, Rina Kusumajuda, Mila Chaniago dan Jacob Susetya membentuk InDonation di bulan Februari 2018.
Adapun 2 kiprah awal yang telah berhasil dijalankan adalah penggalangan dana bagi korban bencana gempa bumi di Lombok pada bulan Juli 2018 dan korban bencana gempa bumi serta Tsunami di Sulawesi pada bulan September 2018, bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia dan ADRA (Adventist Development and Relief Agency) di Toronto, Ontario, Canada.
Sumbangsih dari para donatur sebesar $17,000 dan $11,000 sudah disampaikan langsung kepada mereka yang berhak memperolehnya.

Saat ini, InDonation memang masih menyalurkan bantuan berupa uang tunai.
Di waktu mendatang, bukan mustahil untuk mempersembahkan dukungan yang bersifat jangka panjang, semisal penyediaan air bersih atau perbaikan gedung sekolah.
Semoga.

Ombak pantai Binongko masih berdebur setiap hari menyodorkan pesona bagi mereka yang memandangnya.
Demikian pula senyum lebar anak-anak Panti Asuhan Santo Damian, Binongko, Labuan Bajo, akan selalu ada bagi dermawan yang menjaga senyum mereka tetap terkembang.

One thought on “Menjaga Senyum di Pantai Binongko – Labuan Bajo

Comments are closed.